Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Matra (secara resmi bernama Taman Wisata Perairan Pulau Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan) di Provinsi Nusa Tenggara Barat dinamai berdasarkan tiga pulau yang termasuk di dalamnya: Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan. Kawasan ini pertama kali ditetapkan pada 1993 di bawah kewenangan Kementerian Kehutanan, lalu sejak 2009 berada di bawah pengelolaan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Terletak di utara Selat Lombok, tepat di sepanjang Garis Wallace—batas biogeografis yang terkenal—taman ini berada di pertemuan antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Posisi strategis ini membuat perairannya terpapar Arus Lintas Indonesia yang kuat. Arus pasang surut dan bentuk topografi bawah laut menghasilkan gelombang internal yang mendorong air laut penuh unsur hara naik ke permukaan. Kondisi oseanografi tersebut meningkatkan produktivitas laut dan menjadi salah satu faktor utama di balik tingginya keanekaragaman hayati di TWP Gili Matra.

Perairan Gili Matra menjadi habitat penting bagi berbagai spesies laut yang dilindungi, termasuk penyu sisik, penyu hijau, dan penyu lekang, hiu karang, serta pari seperti pari manta dan pari mobula. Koloni karang biru dan hamparan padang lamun yang luas makin menambah nilai ekologis kawasan ini. Secara khusus, Gili Meno dikenal karena padang lamun yang luas, yang berfungsi sebagai lokasi penting bagi penyu untuk bersarang dan mencari makan. Zona konservasi telah ditetapkan untuk melindungi ekosistem sensitif tersebut.

Rincian

Tanggal Penetapan

Ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 1993; ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2009

Luas

2.273,56 hektare, mencakup sekitar 95 hektare zona larang tangkap

Peta Zonasi

Kearifan lokal tradisional memegang peranan penting dalam pengelolaan sumber daya laut, terutama melalui sistem awig-awig, hukum adat yang digunakan untuk mengatur pemanfaatan sumber daya dan pengelolaan terumbu karang. Sistem ini memberi wewenang kepada masyarakat untuk menegakkan aturan terkait praktik penangkapan ikan, zonasi perairan, dan perlindungan lingkungan, sering kali disertai sanksi berbasis masyarakat ketika terjadi pelanggaran.

Pengelolaan taman ini merupakan hasil kerja sama berbagai pemangku kepentingan, termasuk lembaga pemerintah, otoritas desa, pelaku pariwisata, lembaga swadaya masyarakat, institusi akademik, serta kelompok konservasi dan nelayan lokal. Visi pengelolaan kawasan menekankan pentingnya pengelolaan berkelanjutan terhadap keanekaragaman hayati dan sumber daya laut, sekaligus mendukung kesejahteraan masyarakat serta nilai-nilai budaya. Misinya mencakup penguatan kapasitas kelembagaan, promosi pariwisata berkelanjutan, pelaksanaan patroli bersama, serta dukungan terhadap kegiatan pendidikan, penelitian, dan penegakan hukum.

Keindahan Kawasan Konservasi Laut Gili Matra