Kawasan konservasi perairan (KKP) ini, secara resmi bernama Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Ay dan Pulau Rhun, terletak di Kepulauan Banda, Maluku, dan mencakup Pulau Ay, Rhun, serta Nailaka. Bersama TWP Laut Banda yang terpisah, kawasan ini termasuk dalam Jaringan KKP Kepulauan Banda yang lebih luas. Laut Banda merupakan pusat keanekaragaman hayati sekaligus tempat perlindungan jangka panjang bagi spesies terumbu karang. Perairan ini juga memiliki arus kuat yang meningkatkan konektivitas ekologi. Setiap tahun selama Muson Tenggara, proses pembalikan massa air (upwelling) membawa air dingin kaya nutrien ke permukaan, membantu karang menahan tekanan panas, merangsang pertumbuhan plankton, dan mendukung ikan pelagis besar. Kondisi ini menjadi dasar perancangan KKP, yang memprioritaskan ketahanan terumbu karang terhadap perubahan iklim serta memasukkan zona upwelling dalam rencana zonasinya.

Rincian

Tanggal Penetapan

Dicadangkan oleh Pemerintah Provinsi Maluku pada 2016;
ditetapkan secara resmi melalui keputusan menteri pada 2021

Luas

61.178,53 hektare; termasuk 876,90 hektare zona larang tangkap

Peta Zonasi

Kekayaan ekosistem ini tercermin dalam keanekaragaman hayati yang menakjubkan. Survei di Kepulauan Banda mencatat lebih dari 300 spesies karang keras, termasuk Acropora desalwii yang hanya ditemukan di wilayah ini, serta lebih dari 500 spesies ikan karang. Kawasan ini juga memiliki delapan spesies lamun dan menjadi habitat bagi penyu hijau, penyu sisik, populasi musiman hiu martil, lumba-lumba, serta paus, termasuk paus sperma, paus biru kerdil, dan paus biru. Populasi ikan bernilai ekonomi tinggi, seperti napoleon (Napoleon wrasse), berkembang dengan baik, bersamaan dengan lokasi pemijahan ikan kerapu, kakap, dan jenis ikan karang lain yang menopang perikanan lokal.

Selain kekayaan alamnya, Kepulauan Banda kaya akan warisan sejarah dan budaya. Pada abad ke-17 dan ke-18, kepulauan ini merupakan satu-satunya sumber pala dan fuli di dunia sehingga dijuluki Kepulauan Rempah. Pulau Rhun terkenal karena pernah ditukar Inggris dengan Pulau Manhattan (saat itu New Amsterdam) kepada Belanda. Hal ini menegaskan nilai strategis Pulau Rhun.

KKP Ay-Rhun masih menyimpan jejak era kolonial berupa benteng, bangunan, perkebunan, dan tempat pengasingan pendiri bangsa, yaitu Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir. Tradisi budaya tetap hidup, mulai dari tarian upacara hingga lomba perahu kora-kora tahunan. Pulau Ay menjadi salah satu dari enam desa adat yang ikut berlomba berdasarkan aturan dan ritual turun-temurun yang ketat.

Pengelolaan KKP Ay–Rhun memadukan perencanaan konservasi modern dan praktik tradisional. Di bawah Pemerintah Provinsi Maluku, kawasan ini mengintegrasikan sistem adat sasi—sebuah aturan lokal yang menutup sementara kegiatan pemanenan sumber daya, antara lain lola (trochus) dan teripang—ke dalam rencana zonasi. Pendekatan ini menghormati warisan budaya setempat, meningkatkan kepatuhan, dan memperkuat efektivitas pengelolaan. 

Tim Konservasi Laut Banda mendukung pengelolaan jangka panjang kawasan ini dengan menghimpun nelayan lokal, aparat pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, serta TNI Angkatan Laut dan Kepolisian Republik Indonesia.